Tentang Prasangka Buruk
“Gak ada orang jahat di dunia ini, yang ada itu kita belum
kenal sama mereka.”
Kalimat itu adalah salah satu kalimat yang paling aku ingat
saat ini. Kalimat itu diucapkan oleh seorang temanku sebagai salah satu bentuk
nasehat tiap kali aku sadar kalau aku udah salah menilai orang lain dengan
prasangka burukku. Ya, aku akui kalau aku masih sering kali berpikiran buruk
tentang orang yang belum aku kenal sepenuhnya. Bukannya apa-apa, tapi pikiran
negtaifku itu biasanya muncul karena ketakutanku sendiri. “Ih dia kok mukanya
jutek banget ya, pasti orangnya galak.” “Ih takut deh mau nyapa duluan,
jangan-jangan bakal dianggap sok kenal.” “Ih kok dia gini.” “Ih kok dia gitu.” …..
dan masih banyak “Ih” lainnya yang lewat di kepalaku tiap kali aku harus
berinteraksi dengan orang baru.
Akibat dari prasangka buruk dan ketakutan itu, akhirnya aku
malah membuat diriku sendiri seolah menutup diri dan susah bergaul dengan orang
baru. Dan hasilnya aku pun jadi kesusahan sendiri dan bingung bagaimana untuk
menempatkan diri dengan orang lain. Di antara kita semua tentunya pernah punya
prasangka buruk (bukan hanya tentang orang lain tapi tentang apa saja). Mungkin
kita sudah berusaha buat selalu menyematkan pikiran positif tentang segala hal,
tapi dalam prakteknya di hidup ini pasti akan ada saja hal yang membuat kita
kembali berprasangka buruk. Tentu kita gak bisa menyalahkan hal itu, tapi gak
bisa juga untuk dibenarkan. Lalu harus gimana? Seperti yang sudah aku sebutkan
tadi, prasangka buruk muncul karena adanya ketakutan dalam diri kita sendiri
yang menyebabkan munculnya asumsi-asumsi yang kita gak pernah tahu
kebenarannya. Berprasangka buruk mungkin gak bisa dihindari, tetapi yang dapat
kita kendalikan adalah sikap kita ketika menghadapi seseorang atau suatu hal
yang sudah kita nilai buruk tanpa tahu kebenarannya. Ketika harus berinteraksi
dengan seseorang yang menurut kita berwajah jutek alias kurang ramah, kita
harus tetap menjadi diri sendiri dan jangan langsung ikut bersikap tidak ramah
kepada orang itu. Kita harus bisa untuk tetap memperlakukannya sebagaimana kita
memperlakukan seorang manusia dengan baik. Tentunya kita gak pernah tahu apa
yang orang itu alami sebelumnya yang mungkin menyebabkan ia memasang wajah “tidak
ramah” menurut kita itu. Dengan selalu bersikap baik pada siapapun, maka
kebaikan itu akan kembali kepada diri kita sendiri.
Mungkin untuk menerapkannya memang gak gampang, tetapi
selama kita mau untuk belajar memahami dan menerima keadaan aku yakin kita bisa
untuk tetap bersikap baik kepada siapapun dan apapun yang sudah kita nilai
buruk sebelumnya. Sekali lagi yang harus diingat adalah : “Gak ada orang jahat
di dunia ini, yang ada itu kita belum kenal sama mereka.” Kalimat ini bukan
hanya berlaku untuk seseorang, tetapi untuk setiap hal. Tuhan menciptakan suatu
hal dan keadaan pasti karena ada alasan baik dibaliknya. So, prasangka buruk
mungkin gapapa (sometimes) yang
terpenting adalah cara bersikap mengenai prasangka buruk itu agar gak
benar-benar menjadi sesuatu yang buruk.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSama kak, saya juga sering gitu, tapi gimana mengatasinya ya?
BalasHapus