Penerimaan : Bentuk Awal dari Self Loving


Sebenarnya mengenai self love itu sendiri aku juga merasa masih awam. Yang aku tau self love itu adalah suatu bentuk mencintai diri sendiri dengan berbagai cara. Aku sendiri bahkan mungkin belum tau banyak bagaimana cara mencintai diriku sendiri dan itu sempat bikin aku benar-benar galau. Sampai akhirnya aku memanfaatkan salah satu fitur baru di Instagram untuk bertanya ke orang-orang tentang self love dan bagaimana cara untuk mencintai diriku sendiri. Dari sekian banyak jawaban oleh teman-temanku di instagram, aku menyimpulkan bahwa bentuk awal mencintai diri sendiri adalah penerimaan. (btw terimakasih untuk semua teman-teman di instagram yang mau berbagi sama aku tentang cara untuk mencintai diri sendiri).

Ya, penerimaan. Penerimaan seperti apa? Tentunya penerimaan terhadap dirimu sendiri. Awalnya aku memang orang yang masih sering merasa diriku kurang inilah, kurang itulah, pokoknya banyak kurangnya. Aku menyadari mungkin aku tergolong orang yang introvert dan aku merasa itu adalah sebuah bencana. Aku merasa menjadi introvert sangat menyulitkan diriku sendiri karena aku tidak suka terlalu lama bersosialisasi dengan banyak orang terlebih lagi orang baru. Aku tidak mau menerima diriku yang tidak bisa bicara lepas tentang suatu hal kepada orang lain, terlebih lagi orang yang baru ku kenali. Aku tidak mau menerima bahwa diriku adalah seorang introvert. Akhirnya aku berusaha membohongi diriku dan memaksa diriku agar tidak lagi menjadi introvert, tetapi apa hasilnya? Aku malah merasa lelah sendiri tanpa tahu apa yang sudah aku lakukan. Tentunya hal itu karena aku lelah menjadi seseorang yang bukan diriku sendiri. Introvert bukanlah masalah apalagi bencana. Aku mulai mencari tahu lebih banyak tentang karakter introvert ini agar aku mulai bisa menerima diriku sendiri dan agar aku menjadi tahu bagaimana cara menghadapi diriku sendiri. Aku tidak lagi memaksa diriku untuk berubah dari seorang introvert menjadi ekstrovert. Apa yang kurasakan setelah itu? Ternyata lega dan lebih bahagia. Aku bisa menemukan kembali diriku dan tidak merasakan lelahnya berpura-pura. Aku mulai bersyukur bahwa inilah aku.

Awalnya aku juga tidak bisa menerima diriku sendiri yang secara fisik memiliki kulit tidak putih. Aku mencoba berbagai cara untuk bisa membuat kulitku berubah menjadi putih seperti idaman banyak orang, tetapi selalu gagal. Aku merasa lelah karena semua hal yang aku lakukan untuk mengubah warna kulit itu karena aku berharap kulitku bisa seperti orang lain. Aku berharap untuk menjadi seperti orang lain. Sekali lagi, berusaha menjadi orang lain itu melelahkan. Sekarang aku sadar bahwa semua yang aku butuhkan adalah penerimaan. Aku menerima bahwa aku memanglah diriku yang terlahir memiliki kulit tidak putih dan itu rasanya lebih lega. Mensyukuri semua yang ada pada diriku membuatku lebih lega. Aku memang tetap berusaha merawat kulit dan diriku, tetapi semua itu ku lakukan karena aku memang menginginkannya dan aku mau melakukannya untuk diriku sendiri, untuk kesehatan diriku sendiri. Jika aku tidak ingin melakukannya, maka tidak ku lakukan. Aku tidak lagi merawat diri karena ingin terlihat seperti orang lain. Semua ini ternyata benar-benar membuatku merasa lebih lega karena tidak adanya paksaan kepada diriku sendiri.

Penerimaan pada diri sendiri di sini maksudku bukan tentang menerima semua hal yang ada dalam diri kita tanpa terkecuali. Ada beberapa hal yang tidak boleh kita terima mentah-mentah pada diri kita, salah satunya adalah sifat-sifat negatif. Ketika kita merasa bahwa diri kita malas untuk melakukan suatu hal yang positif, kita tidak boleh hanya menerimanya saja dengan alasan bahwa malas memang sifat dasar kita. Kita menerima bahwa diri kita memang malas, maka dengan penerimaan itu pula kita menumbuhkan kesadaran bahwa malas itu tidak baik. Kita juga harus menerima bahwa malas itu harus dihilangkan dari diri kita. Maka, tanpa rasa terpaksa kita akan berusaha menghilangkan rasa malas itu dari diri kita sendiri.

Jadi, mulai sekarang mari kita belajar untuk menerima diri sendiri dan menerima bahwa kita harus selalu positif terutama terhadap diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu itu untuk dimengerti, bukan untuk dikompetisikan

A Letter to All My Beloved Friends yang di Bali maupun di Jogja.