Postingan

Aku dan Kebingungan

Sebenarnya bingung mau mulai nulis ini darimana. Bahkan sesuai banget sama judulnya, mau nulis aja bingung. Sejak dulu kayaknya aku selalu akrab sama kebingungan. Waktu kecil bingung mau beli boneka dulu atau mainan dulu karena uangnya cuma cukup buat beli salah satu. Bingung mikirin kok temen-temen aku tiap liburan pergi jalan-jalan sama keluarga tapi aku nggak. Bingung karena sering diundang ke ulang tahun temen, tapi kok aku gak pernah ngundang temen-temen aku ke ulang tahunku. Semakin waktu berjalan, kebingungan-kebingunganku banyak yang terjawab tapi banyak juga yang nggak. Semakin waktu berjalan juga, semakin banyak kebingungan baru di kepalaku. Aku mau lanjut sekolah dimana ya? Mau ambil tawaran kelas ini atau nggak usah ya? Kalo aku ambil nanti aku bisa jalanin gak ya? Nanti abis lulus aku masuk SMA dimana ya enaknya? Dan banyak kebingungan masa sekolah lainnya. Setelah lulus sekolah pun, kebingunganku makin banyak. Aku mau lanjut kuliah dimana ya? Ambil jurusan apa? Aku mau ke

A Letter to All My Beloved Friends yang di Bali maupun di Jogja.

  Hay, kalo kalian baca ini aku harap kalian sadar kalo ini untuk kalian hehe. Kadang aku gaktau lagi ucapan syukur dan terima kasih seperti apa lagi yang bisa ku ucapin ke Tuhan karena udah ngirim orang-orang super baik kayak kalian untuk jadi sahabatku. Kalian semua yang selalu ada saat aku seneng maupun susah. Yang tulus maafin semua kesalahanku walaupun seringnya aku ulang-ulang lagi. Kalian yang tulus banget perhatian dan nolong aku di segala kondisi. Maafin kalo aku masih lebih sering bikin susah dibandingkan nolong kalian. Aku pingin ngomong langsung tapi gengsi, intinya aku sayang banget sama kalian semua. Maaf kadang aku lupa kalau kalian semua juga manusia yang punya masalah hidupnya masing-masing. Maaf kalau kadang aku berpikir aku yang paling menderita dan aku selalu ingin dimengerti. Padahal aku tau, kita semua tanpa terkecuali punya masalah dan kesulitan hidup dengan bentuk yang berbeda-beda. Jadi, ayo kita bareng-bareng menghadapi apa yang seharusnya kita hadapi. Semoga

Pesan untuk Yan dan Semua yang Sedang Butuh dikuatkan

Halo, Yan. Aku tau kamu mulai lelah dengan kehidupan. Anggaplah hidupmu ini layaknya sekolah. Kamu harus belajar dengan baik setiap harinya. Jika kamu berhenti belajar sehari saja, maka kamu akan kesulitan. Layaknya sekolah, maka hidup juga akan dipenuhi dengan ujian. Jenis ujiannya pun beragam. Mulai dari yang ringan seperti ulangan harian, hingga yang berat seperti SBMPTN. Maka gunakanlah semua yang telah kamu pelajari setiap harinya untuk menghadapi ujian-ujian tersebut. Hasilnya kamu sendiri yang akan menentukan. Jika selama ini kamu belajar dengan baik, maka kamu akan mendapat hasil yang memuaskan. Jika kamu tidak belajar dengan baik, aku yakin kamu sendiri tahu akibatnya. Jadi jangan menyerah, ya? Layaknya sekolah, kamu adalah orang yang beruntung dan terpilih sehingga bisa menikmati bangku kehidupan. Janganlah disia-siakan. Agar saat tiba waktunya lulus nanti, kamu tidak menyesal. Agar saat tiba waktunya 'pulang' nanti dari sekolah, kamu telah paham makna kehidupan. Pe

Untuk Bapak dan Ibu : Pesan yang Tidak Terucap.

Pak, Bu, pertama aku ingin berterimakasih. Terima kasih sudah menjadi Bapak dan Ibuku sejak hampir 19 tahun lalu, sampai saat ini, dan selamanya. Terima kasih Pak, Bu, sudah selalu berusaha memenuhi setiap kebutuhanku meskipun mungkin Bapak dan Ibu harus bekerja tanpa mengenal lelah. Terima kasih Pak, Bu, sudah selalu mengusahakan memberikan yang terbaik untukku walaupun Bapak dan Ibu harus hidup sederhana karena itu. Terima kasih Pak, Bu, sudah mengajariku hal-hal sederhana hingga rumit yang akan sangat berguna untukku menghadapi kehidupan. Terima kasih Pak, Bu, untuk segala perhatian dan kasih sayang untukku walaupun mungkin aku tak seberapa sering membalasnya. Terima kasih Pak, Bu, untuk tetap bercerita dengan bangga kepada siapapun tentangku walaupun mungkin aku masih jauh dari harapanmu. Terima kasih Pak, Bu, sudah mempercayaiku untuk hidup sendiri di tempat baru walaupun mungkin harus setiap detik mengkhawatirkanku. Maaf Pak, Bu, aku mungkin belu

Menangis = kamu lemah?

Hay. Ternyata udah lama juga ya aku gak nulis lagi di blog ini. Alasannya? Tentu karena alasan klise seperti biasa : aku sibuk, banyak praktikum, ujian, laporan, dannnnn lainnya. Padahal sebenarnya itu bukanlah alasan sebenarnya. Alasannya karena aku suka menunda. Menulis harusnya bisa kapan aja selama aku mau dan menyempatkan diri. Kalau aku gak pernah menyempatkan diri ya aku gak akan pernah menulis. Jadi, kali ini aku mau membahas hal yang mungkin sering terlintas juga di pikiran kita semua. Tentang menangis. Selama hidup ini apa kalian pernah ketemu sama orang yang gampang banget menangis alias cengeng? Atau bahkan kalian sendiri adalah tipe orang yang gampang menangis? Jujur, aku sendiri adalah tipe orang yang gampang banget banget menangis. Pas ada masalah dikit aku nangis, saat kesel aku nangis, saat marah aku nangis, saat capek aku nangis (di kamar), bahkan saat bahagia yang kelewat bahagia juga aku nangis. Apakah ini salah? Sejak dulu aku selalu berpikiran untuk berusaha

Penerimaan : Bentuk Awal dari Self Loving

Sebenarnya mengenai self love itu sendiri aku juga merasa masih awam. Yang aku tau self love itu adalah suatu bentuk mencintai diri sendiri dengan berbagai cara. Aku sendiri bahkan mungkin belum tau banyak bagaimana cara mencintai diriku sendiri dan itu sempat bikin aku benar-benar galau. Sampai akhirnya aku memanfaatkan salah satu fitur baru di Instagram untuk bertanya ke orang-orang tentang self love dan bagaimana cara untuk mencintai diriku sendiri. Dari sekian banyak jawaban oleh teman-temanku di instagram, aku menyimpulkan bahwa bentuk awal mencintai diri sendiri adalah penerimaan. (btw terimakasih untuk semua teman-teman di instagram yang mau berbagi sama aku tentang cara untuk mencintai diri sendiri). Ya, penerimaan. Penerimaan seperti apa? Tentunya penerimaan terhadap dirimu sendiri. Awalnya aku memang orang yang masih sering merasa diriku kurang inilah, kurang itulah, pokoknya banyak kurangnya. Aku menyadari mungkin aku tergolong orang yang introvert dan aku merasa itu

Ilmu itu untuk dimengerti, bukan untuk dikompetisikan

Gambar
Yup, dari judulnya kalian pasti bisa nebak kalau tulisan kali ini bakal membahas tentang ilmu. Apa sih ilmu itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang itu. Saat ini aku masih menjadi seorang mahasiswa yang mendalami bidang ilmu Mikrobiologi. Aku juga pernah menjadi siswa yang sering kali disebut juga sebagai “penuntut ilmu”. Padahal menurutku, bukan hanya siswa yang layak disebut sebagai penuntut ilmu. Semua manusia yang ada di muka bumi ini adalah seorang penuntut ilmu karena ilmu bisa diperoleh dari mana saja, bukan hanya dari sekolah formal. Tapi, kali ini aku ingin membahas perihal “menuntut ilmu” oleh siswa sekolah. Pembahasan kali ini akan berkaca melalui pengalamanku sendiri saat masih menjadi seorang siswa dulu. Aku ingin menceritakan kesalahan persepsiku tentang ilmu dan caraku menuntut ilmu saat masih